Bahkan kenaikannya ungguli pertumbuhan Nasional
- Depok mencatat pertumbuhan harga rumah seken tahunan sebesar 3,8%, jauh di atas rata-rata Jabodetabek (0,3%) dan nasional (0,2%) menurut Rumah123 Flash Report September 2025. Tren ini menjadikan Depok sebagai pasar yang relatif kuat bagi pencari rumah maupun investor.
- Cinere muncul sebagai magnet hunian menengah–atas dengan dominasi permintaan di segmen Rp1–3 miliar, sementara Sawangan menarik minat segmen menengah–bawah berkat harga yang lebih terjangkau dan didorong pembangunan infrastruktur tol, berpotensi naik kelas sebagai pusat pertumbuhan baru perumahan di Depok.
- Secara nasional, harga rumah hanya naik 0,2% YoY, dengan Yogyakarta (+4%) dan Denpasar (+3,3%) mencatat pertumbuhan tertinggi di luar Jabodetabek. Tangerang tetap jadi lokasi paling populer, diikuti Jakarta Selatan dan Jakarta Barat.
Homepoint.id, Jakartaa_ Kota Depok mencatatkan tren harga rumah seken yang paling tangguh di tengah melambatnya pasar properti nasional.
Berdasarkan Rumah123 Flash Report September 2025, pertumbuhan indeks harga tahunan rumah seken (Resale Price Index) di Depok mencapai 3,8%, di atas rata-rata pertumbuhan di Jabodetabek sebesar 0,3% dan nasional yang hanya 0,2% secara tahunan (Year-on-Year).
Sejak Juni sampai Agustus, pertumbuhan harga Jabodetabek dan nasional secara umum terus melambat.

Head of Research Rumah123, Marisa Jaya menjelaskan, “Pertumbuhan harga rumah seken di Depok yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata Jabodetabek maupun nasional mengindikasikan pasar di kota ini masih cukup kuat. Bagi pencari rumah, tren ini bisa menjadi sinyal untuk segera mengambil keputusan dalam pembelian rumah seken sebelum harga berpotensi meningkat. Sementara bagi investor, Depok menawarkan potensi pertumbuhan nilai properti yang relatif lebih menjanjikan dalam jangka panjang.”
Baca juga:
Fenomena Awal 2025, Harga Rumah Seken di Yogyakarta dan Denpasar Melesat, Jakarta Mulai Bangkit
Jaringan LRT dan MRT Meluas, Permintaan Properti Tumbuh di Sekitar Stasiun
Dari sisi minat permintaan (enquiries), tren di Depok sepanjang 2024 hingga 2025 cenderung fluktuatif. Jumlah permintaan sepanjang Januari–Agustus 2025 tercatat tumbuh 5,5% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2024, sementara jika dibandingkan dengan permintaan Januari – Agustus 2024 dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2023, permintaan tumbuh hingga 1,6 kali lipat.
Berdasarkan catatan Rumah123, terdapat 10 kecamatan paling populer di Kota Depok yang diminati pencari rumah. Cinere menempati posisi teratas dengan proporsi 16,3%, disusul Sawangan 15,8%, Cimanggis 12,8%, Beji 11,2%, Pancoran Mas 8,6%. Kemudian Tajur Halang 8,5%, Sukmajaya 7,2%, Cilodong 6,4%, Limo 4,5%, dan Tapos 3,2%. Menariknya, lima area teratas ini secara umum terdorong kemudahan akses berkat beroperasinya sejumlah ruas tol setelah 2020, seperti gerbang tol Sawangan yang terhubung dengan jaringan Depok–Antasari, serta jalur tol Serpong–Cinere hingga Jagorawi yang menjadi bagian dari jaringan JORR 2.
Cinere jadi Magnet Menengah Atas, Sawangan Berpotensi Naik Kelas
Jika dilihat lebih jauh, preferensi harga di lima kecamatan paling populer di Depok menunjukkan karakter pasar yang berbeda-beda. Cinere, yang lokasinya paling dekat dengan Jakarta Selatan, menempati posisi sebagai area dengan permintaan properti kelas menengah hingga menengah-atas. Sebanyak 54,7% permintaan di Cinere terpusat pada segmen hunian Rp1–3 miliar, disusul 18,9% di kisaran Rp400 juta–Rp1 miliar.
“Dominasi permintaan pada segmen Rp1–3 miliar ini memperlihatkan Cinere menjadi magnet bagi pembeli dengan daya beli lebih tinggi,” tutur Marisa.
Sebaliknya, Beji dan Cimanggis lebih merepresentasikan pasar kelas menengah. Di kedua kecamatan ini, properti dengan harga Rp400 juta–Rp1 miliar mendominasi permintaan, mencapai 51,2% di Beji dan 55,2% di Cimanggis. Angka tersebut memperlihatkan konsistensi preferensi masyarakat menengah yang mencari hunian terjangkau dengan akses kota yang relatif strategis.
Pola berbeda terlihat di Pancoran Mas dan Sawangan yang cenderung menarik minat segmen menengah hingga menengah-bawah. Permintaan hunian dengan harga di bawah Rp400 juta mencapai 35,3% di Pancoran Mas dan bahkan lebih tinggi di Sawangan sebesar 48,7%. Meskipun permintaan pada segmen Rp400 juta–Rp1 miliar masih cukup besar (45,3% di Pancoran Mas dan 42,3% di Sawangan), kebutuhan untuk hunian dengan harga lebih tinggi hampir tidak signifikan, terutama di Sawangan yang berada di bawah 10%.
“Namun demikian, Sawangan menunjukkan dinamika menarik sebagai area yang berkembang pesat beberapa tahun terakhir. Kehadiran tol Depok–Antasari mendorong lahirnya berbagai pengembangan perumahan baru, termasuk oleh pengembang bereputasi nasional. Ini bisa mendorong Sawangan naik kelas dan menjadi salah satu pusat pertumbuhan baru sektor perumahan di Depok,” katanya.
Secara umum area Sawangan juga mencatatkan median harga yang rendah pada hampir semua segmen luas bangunan, sementara Cinere mencatatkan harga yang tertinggi. Hal ini selaras dengan pola permintaan di area tersebut serta lokasi kecamatan dan kedekatannya dengan Jakarta.
Median Harga Berdasarkan Kecamatan di Depok (dalam juta rupiah)
Luas Bangunan | Beji | Cimanggis | Cinere | Pancoran Mas | Sawangan |
Di bawah 60 sqm | Rp685 | Rp700 | Rp610 | Rp617 | Rp535 |
61 – 90 sqm | Rp990 | Rp965 | Rp1,330 | Rp950 | Rp926 |
91 – 150 sqm | Rp1,500 | Rp1,500 | Rp1,920 | Rp1,250 | Rp975 |
151 – 250 sqm | Rp2,045 | Rp2,450 | Rp2,900 | Rp2,200 | Rp2,350 |
251 – 500 sqm | Rp4,970 | Rp3,675 | Rp4,950 | Rp4,738 | Rp3,100 |
Di atas 500 sqm | Rp7,500 | Rp8,200 | Rp9,000 | Rp6,750 | Rp8,200 |
Indeks Harga Rumah Seken Nasional Tumbuh Tipis
Secara nasional, berdasarkan Rumah123 Flash Report September 2025, harga rumah di Indonesia hingga Agustus 2025 tercatat naik tipis 0,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dari 13 kota yang masuk dalam indeks harga rumah seken, sebanyak 7 kota menunjukkan kenaikan harga tahunan, dengan Yogyakarta mencatat pertumbuhan paling tinggi sebesar 4%.
Di kawasan Jabodetabek, tren positif juga masih terlihat meski dengan kenaikan yang relatif moderat. Depok mencatatkan pertumbuhan harga rumah sebesar 3,8% YoY, disusul Tangerang sebesar 1,4% YoY.
Sementara itu, kota-kota besar lain di Pulau Jawa juga menunjukkan pergerakan harga yang positif. Selain Yogyakarta, Semarang tumbuh 1% YoY, dan Semarang 0,1% YoY.
Untuk kota-kota besar di luar Pulau Jawa, hanya Denpasar yang masih mencatatkan pertumbuhan, yakni sebesar 3,3% YoY. Tangerang kembali menempati posisi teratas sebagai lokasi rumah paling populer di Indonesia dengan porsi 15% dari total listing enquiries pada bulan ini. Disusul Jakarta Selatan dengan 12,9% dan Jakarta Barat 10,5%.
Menariknya, jika dilihat secara month-on-month di kawasan Jabodetabek, Jakarta Barat mencatat pertumbuhan popularitas tertinggi sebesar 1,2%, diikuti Depok (0,2%) serta Jakarta Pusat dan Jakarta Timur (masing-masing naik tipis 0,1%).
Di luar Jabodetabek, Semarang dan Malang menonjol sebagai kota besar di Pulau Jawa dengan pertumbuhan popularitas masing-masing 0,2% dan 0,1%. Sementara di luar Jawa, Denpasar menjadi kota dengan pertumbuhan minat tertinggi, naik tipis 0,1%. Sebaliknya, penurunan popularitas terjadi di Tangerang (-0,7%), Bandung (-0,3%), dan Surabaya (-0,2%).