- Rumah123 Flash Report edisi Desember 2024 mencatat pertumbuhan Indeks Harga Rumah Seken per November silam di 13 kota besar Indonesia secara umum sebesar 2,4% secara tahunan. Sementara per Oktober lalu pertumbuhan harga indeks harga berada di level 1,7% secara tahunan.
- Laporan Flash Report Desember juga memperlihatkan sembilan kota mengalami pertumbuhan selisih tertinggi dari segi pergerakan harga dibandingkan laju inflasi tahunan. Yogyakarta mencatatkan pertumbuhan selisih tertinggi sebesar 9,3%, diikuti oleh Denpasar (6,3%), Makassar (5,4%), dan Bogor (5%). Selanjutnya, Semarang mencatatkan pertumbuhan selisih sebesar 3,9%, disusul Medan (1%), Depok (0,9%), serta Surakarta dan Tangerang yang masing-masing mencatatkan pertumbuhan tipis sebesar 0,1%.
- Sebanyak 9 dari 13 kota mengalami kenaikan harga secara tahunan, dengan kenaikan harga tertinggi terjadi di Yogyakarta, sebesar 10,8%.
Homepoint.id, Jakarta- Rumah123 Flash Report edisi Desember 2024 mencatat pertumbuhan Indeks Harga Rumah Seken per November silam di 13 kota besar Indonesia secara umum sebesar 2,4% secara tahunan, dibandingkan per Oktober lalu sekitar 1,7%.
Ada sembilan kota yang mengalami pertumbuhan selisih tertinggi dari segi pergerakan harga dibandingkan laju inflasi tahunan per November dibandingkan Oktober lalu yang hanya sekitar 6 kota. Adapun sembilan kota tersebut adalah Yogyakarta mencatatkan pertumbuhan selisih harga tertinggi di atas laju inflasi tahunan, yakni sebesar 9,3%, diikuti Denpasar (6,3%), Makassar (5,4%), dan Bogor (5%).
Selanjutnya, Semarang mencatatkan pertumbuhan selisih sebesar 3,9%, disusul Medan (1%), Depok (0,9%), serta Surakarta dan Tangerang yang masing-masing mencatatkan pertumbuhan tipis sebesar 0,1%.
Head of Research Rumah123, Marisa Jaya menjelaskan, “Pertumbuhan selisih harga yang melampaui laju inflasi tahunan di sembilan kota ini menegaskan potensi properti sebagai aset investasi yang menjanjikan. Kenaikan ini menunjukkan bahwa kepemilikan properti di kota-kota tersebut tidak hanya memberikan stabilitas nilai, tetapi juga peluang apresiasi harga yang signifikan dalam jangka panjang. Hal ini menjadikan properti sebagai instrumen investasi yang lebih menarik, terutama bagi pemilik properti di kawasan tersebut atau investor yang mencari aset dengan potensi pertumbuhan nilai yang lebih tinggi dibandingkan tingkat inflasi tahunan.”
Baca juga: Tren dan Potensi Pasar Rumah Seken di Jakarta paska Status Ibu Kota Pindah ke IKN
Tangerang Kota Paling Populer Untuk Permintaan Hunian
Namun, di sisi lain, ada empat kota yang mengalami perlambatan selisih pertumbuhan harga rumah seken di atas laju inflasi tahunan, yakni Jakarta (-1,2%), Bekasi (-2,5%), Bandung (-0,5%) dan Surabaya (-1%).
Sedangkan secara umum, sebanyak 9 dari 13 kota mengalami kenaikan harga secara tahunan, dengan kenaikan harga tertinggi terjadi di Yogyakarta, sebesar 10,2%. Di Jabodetabek, kenaikan dipimpin oleh Bogor (6,5%), Depok (2,8%), Tangerang (2,1%), dan Jakarta (0,4%).
Di Jawa, selain Yogyakarta, kenaikan dialami oleh Semarang (5,3%), Solo/Surakarta (1,4%), Bandung (1%) dan Surabaya (0,3%). Sementara di luar pulau Jawa, Denpasar konsisten menjadi yang tertinggi dengan perolehan sebesar 9,2%, diikuti Makassar (6,8%) dan Medan (2,9%).
Bulan ini, hanya terdapat satu kota yang mencatatkan penurunan indeks harga rumah seken secara tahunan, yakni Bekasi dengan penurunan sebesar 0,7%. Hal ini cenderung berbeda dengan bulan Oktober dimana ada empat kota yang mengalami penurunan harga rumah seken secara tahunan, yakni Jakarta turun sebesar 0,2%, Surabaya sebesar 0,4%, Bekasi sebesar 0,6% dan Makassar turun sebesar 4,4%.
Segmen Rumah Kecil Catat Pertumbuhan Median Harga Tertinggi
Per November 2024, pertumbuhan median harga rumah seken menunjukkan tren positif di berbagai wilayah. Segmen rumah dengan luas ≤60 m² yang mencatat pertumbuhan harga tertinggi berada di wilayah Bogor, dengan median harga mencapai Rp 550 juta, atau meningkat sebesar 34,1% secara tahunan (year-on-year).
Sementara itu, untuk rumah dengan luas 61–90 m², Semarang memimpin dengan median harga Rp 895 juta dan kenaikan tahunan 19,3%. Di segmen 91–150 m², pertumbuhan tertinggi tercatat di Yogyakarta, di mana median harga mencapai Rp 1,6 miliar, mengalami kenaikan 23,1% dibanding tahun sebelumnya.
Sedangkan kategori rumah dengan luas 151–250 m², Yogyakarta kembali menjadi wilayah dengan pertumbuhan tertinggi. Median harga rumah di segmen ini mencapai Rp 2,9 miliar, naik sebesar 26,1% year-on-year. Sedangkan untuk rumah dengan luas ≥251 m², Semarang mencatat pertumbuhan harga tertinggi dengan median harga Rp 5,5 miliar, meningkat 22,2% year-on-year.
“Tentunya temuan ini menunjukkan dua sisi positif. Pertama, bagi pemilik properti, kenaikan harga rumah ini mencerminkan peningkatan nilai aset mereka. Properti, terutama di wilayah dengan pertumbuhan harga tinggi seperti Bogor, Semarang, dan Yogyakarta, menjadi instrumen investasi yang menjanjikan.
Dengan kenaikan signifikan pada segmen kecil (≤60 m²) hingga besar (≥251 m²), pemilik dapat mempertimbangkan untuk menjual aset dengan keuntungan yang optimal atau menggunakannya sebagai agunan untuk mendapatkan pendanaan tambahan,” tutur Marisa.
Kedua, bagi calon pembeli, tren ini memberikan sinyal positif terkait potensi investasi properti di masa depan. Pertumbuhan harga yang merata di berbagai segmen menunjukkan bahwa permintaan terhadap hunian seken tetap tinggi, baik untuk kategori rumah kecil maupun besar.
Wilayah-wilayah seperti Yogyakarta dan Semarang menawarkan prospek investasi yang stabil dengan peluang apresiasi nilai properti yang tinggi dalam jangka panjang.